Sabtu, 19 November 2011

Makki & Madani

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat dan hidayahNya atas kami untuk menyeesaikan tugas makalah ini, karna tanpa ramat dan petunjuknya kita tak akan pernah terpanggil intuk melakukan apa yang telah menjadi tanggug jawab kita keseharian. Amin..
Dan shalawat beserta salam smoga tetap tercurh limpahkan kehariaan baginda rasulillah yang telah mengangkis kita dan mengantarkan kita pada jalan yang lebih terang dan penuh dengan cahaya yaitu alam islam seperti yang telah kita rasakan saat ini.
Pertama kami ucapkan banyak terimakasih kepad ayang telanh membantu dan turut berperan dalam penyelesaian makalah ini, baik bantuan yang berupa pinjaman buku dan sumbang pikiran sehingga tugas ini mampu kami selesaikan tepat pada waktunya, akan tetapi karna manusia tak lepas dari kehkilafan maka atas kekurangan dan kertebatasan kami mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Sekali lagi ucapkan terimakasih atas bantuannya dan atas perhatiannya kami ucapkan banyak terimakasih.
wassalam   


                                                                                                            
  Penyusun


Ainur Rohman



DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
BAB II : PEMBAHASAN
A.    Pengertian Makkiyyah dan Madaniyyah
B.     Cara-Cara Mengetahui Makkiyyah Dan Madaniyyah
C.     Ciri-Ciri Spesifik Makkiyyah dan Madaniyyah
D.    Urgensi Pengetahuan Tentang Makkiyyah dan Madaniyyah
BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
Daftar Pustaka



BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Judul-judul dari semua surat al-qur’an mengisyaratkan adanya notasi apakah surat itu di wahyukan pada masa mekkah dan madinah. Meskipun pemisahan histories sering dikaitkan dengan perbedaan sifat nabi dan karakter muslim di kedua tempat itu, ia juga mengandung prinsip vital untuk memahami kronologi revelasi (pewahyuan) al-qur’an. Saying sekali, komunitas muslim telah mencabut kembali tugas untuk merumuskan kronologi al-qur’an secara utuh. Sebab, barangkali usaha kea rah itu dianggap berbahaya karena bias-bisa wahyu yang abadi ini, jika diurai menurut terma-terma temporal akan mengubah apa yang telah diurutkan Nabi dan komunitas muslim awal.
Para sarjana muslim umumnya sepakat bahwa pada mulanya sebagian besar al-qur’an diturunkan atau diwahyukan dalam unit-unit pendek. Mereka mengasumsikan bahwa sebagian besar unit al-qur’an dalam suatu surat diwahyukan pada masa yang sama. Berdasarkan ini, mereka mengklasifikasikan surat-surat al-qur’an sebagai surat “Makkiyah” atau “Madaniyah”, dan deskripsi semacam ini dimasukkan kedalam muqadimah setiap surat dalam salinan-salinan al-qur’an yang belakangan.
B.Rumusan Masalah
1. Pegertian makkiyah dan madaniyah
2. Cara-cara mengetahui makkiyah dan madaniyah
3. Ciri-ciri spesifik makkiyah dan madaniyah
4. Klasifikasi ayat-ayat dan surat-surat al-qur’an
5. Urgensi pengetahuan tentang makkiyah dan madaniyah



BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Makkiyyah dan Madaniyyah
Para sarjana muslim mengemukakan empat perspektif dalam mendefinisikan terminologi makkiyah dan madaniyah.keempat perspektif itu adalah masa turun zaman an-nuzul tempat turun makan an-nuzul objek pembicaraan mukhathab dan tema pembicaraan maudu’.
Dari perspektif masa turun mereka mereka  mendefinisikan kedua terminologi diatas sebagai berikut :
“ Ayat-ayat yang turun sebelum“Makkiyah ialah  rasulullah hijrah ke madinah, Kendatipun bukan turun di mekkah, sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun setelah rasulullah hijrah ke madinah, kendatipun bukan turun di madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut madaniyyah walaupun turun di mekkah atau arafah.” 
Ayat yang diturunkan di mekkah, dalam ka’bah pada tahun penaklukan mekah atau yang diturunkan pada haji wada’, seperti firman Allah:
“Hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”
Dari perspektif tempat turun, mereka mendefinisikan kedua terminology di atas sebagai berikut:
Makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di mekkah dan sekitarnya seperti mina, arafah, dan hudaibiyyah, sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun di madinah dan sekitarnya, seperti uhud, quba’, dan sul’a.
Dari perspektif objek pembicaraan, mereka mendefinisikan kedua terminology di atas sebagai berikut:
“Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab bagi orang-orang mekkah. Sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab bagi orang-orang madinah.”
Namun melalui pengamatan cermat, nampak bagi kita bahwa kabanyakan surat Al-Qur’an tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan itu. Dan ketentuan demikian tidak konsisten. Misalnya, surah Al-Baqarah itu madani, tetapi didalamnya terdapat ayat:
“Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”[1]
B.Cara-Cara Mengetahui Makkiyyah Dan Madaniyyah
Dalam menetapkan mana ayat-ayat al-qur’an yang termasuk kategori makkiyyah dan madaniyyah, para sarjana muslim berpegang pada dua perangkat pendekatan.
1.      Pendekatan Transmisi (Periwayatan)
Dengan perangkat pendekatan transmisi, para sarjana muslim merujuk kepeda riwayat-riwayat valid yang berasal dari para sahabat, yaitu orang-orang yang besar kemungkinan menyaksikan turunnya wahyu, atau para generasi tabiin yang saling berjumpa dan mendengar langsung dari para sahabat tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan proses kewahyuan Al-qur’an, termasuk di dalamnya adalah informasi kronologis Al-qur’an.
 Dalam kitab al-intishar, Abu Bakar bin Al-Baqilani lebih lanjut menjelaskan :
“Pengetahuan tentang makkiyyah dan madaniyyah hanya bias dilacak pada otoritas sahabat dan tabiin saja.”Informasi itu tidak ada yang dating dari Rasulullah karena memang ilmunya tentang itu bukan merupakan kewajiban umat.”
Otoritas para sahabat dan tabiin dalam mengetahui informasi kronologi al-qur’an dapat dilihat dari statemen-statemennya. Dalam salah satu riwayat al-bukhari, ibn mas’ud, berkata
Demi dzat yang tidak ada tuhan selain-Nya, tdak ada satupun dari kitab allah yang turun, kecuali aku tau untuk siapa dan dimana diturunkan. Seandainya aku tau tempat orang yang lebih paham dariku tentang kitab Allah, pasti aku akan menjumpainya.”
Dalam riwayat lain disebut bahwa ibn abbas berkata, ketika ditanya oleh ubai bin ka’ab mengenai ayat yang turun di madinah, “Terdapat dua puluh surat yang diturunkan di madinah, sedangkan jumlah surat sisanya di mekkah.” As-suyuthi menyediakan beberapa lembar dalam kitab Al-‘Itqan-nya untuk merekam riwayat-riwayat dari sahabat dan tabi’in mengenai perangkat periwayatan dalam mengetahui kronologis al-qur’an.
2.      Pendekatan Analogi (Qiyas)
Ketika melakukan kategorisasi Makkiyyah dan Madaniyyah, para sarjana muslim penganut pendekatan analogi bertolak dari cirri-ciri spesifik dari kedua klasifikasi itu. Dengan demikian, bila dalam surat Makkiyyah terdapat sebuah ayat yang memilki cirri-ciri khusus madaniyyah, ayat ini termasuk kategori ayat madaniyyah.
C.Ciri-Ciri Spesifik Makkiyyah dan Madaniyyah
Seperti telah diuraikan di atas, para sarjana muslim telah berusaha merumuskan cirri-ciri spesifik Makkiyyah dan Madaniyyah dalam menguraikan kronologis Al-qur’an. Mereka mengajukan dua titik tekan dalam usahanya itu, yaitu titik tekan analogi dan titik tekan tematis. Dari titik tekan pertama, mereka menformalisasikan cirri-ciri khusus makkiyyah dan madaniyyah sebagai berikut :
1.      Makkiyyah:
a.       Didalamnya terdapat ayat sajdah;
b.      Ayat-ayatnya dimulai dengan kata “kalla”;
c.       Dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha an-nas” dan tidak ada ayat yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyha Al-ladzina”, kacuali dalam surat Al-Hajj [22], karena di penghujung surat itu terdapat sebuah ayat yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha Al-ladzina”;
d.      Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para nabi dan umat-umat terdahulu;
e.       Ayat-ayatnya berbicara tentang kisah Nabi Adam dan Iblis, kecuali surat Al-Baqarah [2]; dan
f.       Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf terpotong-potong seperti alif lam mim dan sebagainya, kecuali surat Al-Baqarah [2] dan Ali-Imran [3].
2.      Madaniyyah
a.       Mengandung ketentuan-ketentuan faraid dan had
b.      Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-Ankabut [29]; dan
c.       Mengandung uraian tentang perdebatan dengan ahli kitabin.
Berdasarkan titik tekan tematis, para ulama merumuskan ciri-ciri spesifik Makkiyyah dan Madaniyyah sebagai berikut.
1.      Makkiyyah
a.       Menjelaskan ajakan monotheisme, ibadah kepad allah semata,penetapan risalah kenabian, penetapan hari kebangkitan dan pembalasan, uraian tentang Kiamat dan perihalnya, neraka da siksanya, surga daan kenikmatannya,dan mendebat kelompok musyrikin dengan argumentasi-argumentasi rasional dan naqli:
b.      Menetapkan fondasi-fondasi umumbagi pembentukanhukum syara’dan keutamaan-keutamaan akhlakyang harus dimiliki anggota masyarakat. Juga berisikan celaan-celaan terhadap kriminalitas-kriminalitas yang dilakukan kelompok musyrikin,mengonsumsi harta anak yatim secara lazim serta uraian tengtang hak-hak;
c.       Menuturkan kisah para nabi dan umat-umat terdahulu serta perjuangan Muhammad dalam menghadapi tantangan-tantangan kelompok musyrikin ;
d.      Ayat dan suratnya pendek-pendek dan nada serta perkataannnya agak keras dan,
e.       Banyak mengandung kata-kata sumpah. 
2.      Madaniyyah :
a.       Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah, hudud, bangunan rumah tangga,
warisan, keutamaan jihad, kehidupan sosial, aturan-aturan pemerintah menangani perdamaian dan peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hokum syara’;
b.      Mengkhitabi Ahli Kitab Yahudi dan Nashrani dan mengajaknya masuk islam,juga menguraikan perbuatan mereka yang telah menyimpangkan Kitab Allah dan menjauhi kebenaran serta perselisihannya setelah dating kebenaran;
c.       Mengungkap langkah-langkah orang munafik;
d.      Surat dan sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang serta menjelaskan hukum dengan terang dan menggunakan ushub yang terang pula.[2]
D.Klasifikasi Ayat-Ayat dan Surat-Surat Al-qur’an
Menurut edisi standar Mesir, 86 surat termasuk dalam periode Mekah,sementara 28 surat. Lainnya berasal dari periode Madinah.Dasar dari determinasi kronologis ini adalah permulaan surat. Sebuah surat, misalnya, dianggap dari Mekah jika ayat-ayat awalnya diturunkan di mekah, meskipun berisi juga ayat-ayat yang diturunkan di madinah.Terkadang, ada juga pebedaan pendapat di kalangan kaum muslimin mengenai apakah surat ini termasuk Makkiyah dan Madniyah.Tidaklah menejutkan jiaka prinsip klasifikasi yang diterapkan kaum muslimin menghasilkan kesimpulan yang bebeda-beda.
Perbedaan kesimpulan ini lebih banyak ditemukan  jika dibandingkan dangan yang disimpulkan oleh para sarjana barat. Dalam pandangan para sarjana muslim, bijakan pertama untuk mengklasifikasikan bagian ayat-ayat al-qur’an adalah hadis dan pernyataan-pernyataan para mufafsir belakangan.Meskipun tanpa memberi perhatian pada bukti-bukti internal,para sarjana muslim yang mula-mula jarang manggunakannya secara eksplisit dalam argumentasi-argumentasinya.hadis-hadis yang dipermasalahkan disini biasanya kurang lebih bermakna bahwa suatu bagian al-qur’an tertentu diwaktukan sehubunngan dengan peristiwa tertentu.jadi, surat ‘Abasa [80] :1-10.dikatakan diwahyukan ketika orang bernama Abdullah bin Umm Maktummenemui Muhammad tatkala beliau berbincang-bincang dengan beberapa pembesar qurasyi yang diharapkan petunjuknya. Sebuah contoh susunan tronologi refelasi (pewahyuan al-qur’an) yang ditulis seorang sarjana klasik, bias disebutkan disini, dari ibn nazhim dalam al-Fihrits yang memiliki klasifikasi penentuan surat-surat makkiyyah dari nu’man ibn bashir.

1
Surat al-alaq [96],
41
Surat Asy-Syura [26]
2
Surat al-qalam [68]
42
Surat An-nam [27]
3
Surat al-Muzammil [73]
43
Surat al-isra’ [17]
4
Surat al-Mudatsir [74]
44
Surat Hud [11]
5
Surat al-lahab [111]
45
Surat Ar-Ra’d [13]
6
Surat at-takwir [81]
46
Surat Yunus [10]
7
Surat al-insirah [94]
47
Surat Al-Hijr [15]
8
Sutrat al-ashr [103]
48
Surat Ash-Shaffat [37]
9
Surat al-fajr [89]
49
Surat Luqman [31]
10
Surat ad-dhuha [93]
50
Surat Al-Mu’minun [23]
11
Surat al-lail [92]
51
Surat Saba’ [34]
12
Surat al-aiyah [100]
52
Surat Al-Anbiya’ [21]
13
Surat al-kautsar [108]
53
Surat Az-Zumar [39]
14
Surat at-takwir [102]
54
Surat Al-Mu’min [40]
15
Surat al-ma’un [107]
55
Surat Fushshilat [41]
16
Surat al-kafirun [109]
56
Surat Muhammad [47]
17
Surat al-fiil [105]
57
Surat Az-Zukhruf [43]
18
Surat al-ikhlas [112]
58
Surat Ad-Dukhan [44]
19
Surat al-Falaq [113]
59
Surat Al-Jatsiyyah [45]
20
Surat an-nas [114]
60
Surat Al-Ahqaf [46]
21
Surat an-najm [53]
61
Surat Adz-Dzariyat [51]
22
Surat’Abasa [80]
62
Surat Al-Ghasyiyyah [88]
23
Surat al-qodar [97]
63
Surat Al-Kahfi [18]
24
Surat ath-thariq [85]
64
Surat Al-An’am [6]
25
Srat ath-thin [95]
65
Surat An-Nahl [16]
26
Surat al-quraisy [106]
66
Surat Nuh [71]
27
Surat al-qori’ah [101]
67
Surat Ibrahim [14]
28
Surat al-qiyamah [75]
68
Surat As-Sajdah [32]
29
Surat al-humaza  [104]
69
Surat Ath-Thur [52]
30
Surat al-mursalat [77]
70
Surat Al-Mulk [67]
31
Surat Al-balad [90]
71
Surat Al-Haqqah [69]
32
Surat Ar-rahman [55]
72
Surat Al-Ma’arij [70]
33
Surat Al-jin [72]
73
Surat An-Naba’ [78]
34
Surat Yaasin [36]
74
Surat An-Nazi’at [79]
35
Surat Al-A’raf [7]
75
Surat Al-Inffithar [82]
36
Surat Al-Furqan [25]
76
Surat Al-Insyiqaq [84]
37
Surat Fathir [35]
77
Surat Ar-rum [30]
38
Surat Maryam [19]
78
Surat Al-Ankabut [29]
39
Surat Thaha [20]
79
Surat Al-Muthaffifin [83]
40
Surat al-waqi’ah [56]
80
Surat Ath- [54]

81
Surat Ath- Thariq [86]  

Sistem penanggalan yang dirumuskan Gustav Weil dipandang sebagai sarjana barat pertama yang melakukan kajian penanggalan Al-qur’an dan berdiri madzab penanggalan empat periode, lewat kerya monumentalnya, Historisch-kristisch Einleitung in der Koran.
Ia menerima teori sarjana muslim bahwa surat-surat  Al-qur’an  merupakan unit-unit dari wahyu, sehingga dapat disusun dalam suatu tatanan kronologis dengan berbijak kepada hadis-hadis.Akan tetapi, ia berbeda dengan sarjana muslim ketika membagi suart-surat Makkiyah ke dalam tiga periode:Periode pertama (awal),  kedua (tengah), dan periode ketiga (akhir). Weil juga memperkenalkan tiga criteria penyusunan kronologis surato-surat Al-qur’an: 
                                                                                                     
1.   Rujukan pada peristiwa-peristiwa historis yang diketahui dari sumber-sumber lainnya;
2. Karakter wahyu-wahyu sebagai refleksi dan perubahan-perubahan situasi dan peran  Muhammad SAW;dan
3.  Penampakan luaran atau bentuk wahyu. Sistem penanggalan empat periode Weil,asumsinya tentang Al-qir’an dan kriteria tentang penanggalannya, kemudian memengaruhi dan diikuti oleh sarjana-sarjana Barat.
E.Urgensi Pengetahuan Tentang Makkiyyah dan Madaniyyah
An-Naisaburi, dalam kitabnya At-Tanbih ‘ala Fahl ‘Ulum Al-Qur’an, memandang subjek Makkiyyah dan Madaniyyah sebagai ilmu Al-Qur’an yang paling utama. Sementara itu, Manna’ Al-Qaththan mencoba lebih jauh lagi dalam mendeskripsikan urgensi mengetahui Makkiyyah dan Madaniyyah sebagai berikut.
1.   Membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an
2.   Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
3.   Memberi informasi tentang sirah kenabian[3]                                                                      




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dilihat dari penjelasan tentang makkiyah dan madaniyyah di atas dapat kami simpulkan bahwa, Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di mekkah sebelum Rasulullah hijrah ke madinah dan sekaligus menjadi kitab orang-orang Mekkah. Sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah dan sekaligus menjadi kitab orang-orang Madinah.
B.  Saran
Demikianlah uraian singkat yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan pembahasan ini dapat memberikan pengetahuan bagi kita dan semoga kita dapat mengamalkannya di lingkungan masyarakat. Didunia ini tidak ada pekerjaan yang sempurna seperti kata penyair: إذا أتمّ الامر بدي نقصه “jika telah selesai suatu pekerjaan maka akan tampak kekurangannya”.
       Oleh karena itu kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dan kesempurnaan hanya milik Allah. dan kami mohon dari Bapak sebuah kritikan yang membangun agar pada pembuatan makalah kami selanjutnya menjadi lebih baik dari yang sekarang والله اعلم بالصّواب .










Daftar Pustaka

Dr.Anwar Rosihon, M.Ag., 2008, Ulum Al-Qur’an, Bandung, Pustaka Setia,
Al-Khattan Khalil Manna’, Study Ilmu-Ilmu Qur’an, Intermasa, Jakarta,


[1] Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an,Pustaka Setia, Bandung, 2008, Hlm.102-104
[2] Ibid., Hlm.105-107
[3] Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, Pustaka Setia, Bandung, 2008, Hlm.108-116

Tidak ada komentar:

Posting Komentar